Jamur
kayu merupakan salah satu jamur edible (dapat dimakan) yang banyak
dikonsumsi masyarakat luas. Jamur ini memiliki rasa khas dan kandungan
nutrisi yang tinggi. Jamur dapat dikonsumsi sebagai sayuran dan dapat
juga diolah menjadi penganan, misalnya keripik dan kerupuk. Jamur tiram
(Pleurotus sp.), jamur kuping (Auricularia auricularia) dan Shiitake
(Lentinus edodes) termasuk jenis jamur kayu yang banyak dikonsumsi.
Jamur
kayu sarat akan gizi dan berkhasiat obat. Jamur tiram mengandung 31%
protein dan protein yang dikandung jamur tiram mencakup asam amino
esensial yang dibutuhkan oleh manusia. Enzim pada shiitake dapat
menghasilkan asam amino yang mampu menurunkan hipertensi, mengurangi
kolesterol, dan memperbaiki sirkulasi darah. Spora shiitake mampu
meredakan efek serangan virus influenza dan menghambat pertumbuhan
kanker. Selain itu shiitake juga mengandung vitamin B1, B12 dan D12,
sedangkan lendir pada jamur kuping dipercaya dapat menetralkan
kolesterol dalam darah.
Budidaya jamur memiliki beberapa
keuntungan diantaranya tidak memerlukan lahan yang luas, mempunyai
kandungan protein serta mineral yang tinggi, dan sampah pertanian dari
budidaya jamur dapat diubah menjadi pupuk dan penggembur tanah. Berbagai
macam teknik budidaya telah dikembangkan, dengan memperhatikan bahan
baku yang tersedia di masing-masing daerah.
Tubuh buah jamur
terdiri atas akar, batang (stipe), cincin dan tudung (pileus). Tudung
terdiri atas bilah-bilah atau lamella yang pada permukaan bawahnya
terdapat spora disebarkan. Bagian yang dipanen adalah tubuh buah jamur.
PEMBUATAN RUMAH JAMUR (KUMBUNG)Ukuran
kumbung disesuaikan dengan kebutuhan yaitu dengan mempertimbangkan
jumlah log/substrat tanam yang akan dibudidyakan. Untuk memelihara
sekitar 500-1000 buah log/substrat tanam, diperlukan bangunan ukuran
(panjang x lebar x tinggi) 6 m x 4 m x 4 m. Bangunan kumbung dapat
dibuat dari kayu atau bambu, dengan lantai bata merah/batako, atap
genting atau seng bergelombang, dan dinding dari lembaran plastik yang
dapat dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan. Untuk jamur tiram dan jamur
kuping dinding dapat dibuat dari bilik dan untuk shiitake dapat berupa
dua lembaran plastik jaring (kain kasa) berukuran kecil dan berwarna
gelap.
BUDIDAYA JAMUR 1. Tahapan Pembuatan Media Bibit Induk (Spawn) Jamur Tiram, Jamur Kuping dan Shiitake
- Siapkan
bahan baku yang terdiri atas biji-bijian atau campuran serbuk kayu
gergaji albasia (SKG) + biji millet dengan perbandingan 1:1
- Bahan-bahan tersebut dicuci dan direbus selama 30 menit menggunakan pressure cooker atau dengan panci.
- Ditiriskan dan ditambah dengan kapur (CaCO3) 1%, gypsum (CaSO4) 1%, vitamin B complex dan atau bekatul 15%. Penambahan air dilakukan hingga mencapai kadar air 45-60%, dengan pH 7.
- Masukkan
bahan tersebut dalam baglog polipropilen atau botol susu atau botol jam
sebanyak 50-60% volume wadah, kemudian sumbat dengan kapas/kapuk dan
tutup dengan kertas koran atau alumunium foil.
- Sterilisasi dengan autoclave (pada suhu 121oC, tekanan 1 lb) selama 2 jam atau dipasteurisasi selama 8 jam pada suhu 95oC.
- Setelah
suhu media bibit turun sampai suhu kamar, dilakukan inokulasi dengan
bibit (berasal dari biakan murni pada media PDA) sebanyak 2-3 koloni
miselium per botol bibit). Langkah ini dilakukan dalam laminar.
- Media yang telah diinokulasi, diinkubasikan dalam ruang inkubasi/inkubator pada suhu 22-28oC, selama 15-21 hari.
- Botol/baglog
berisi bibit atau disebut spawn dikocok setiap 3 hari agar pertumbuhan
miselium bibit jamur dapat merata dan cepat serta tidak menggumpal dan
mengeras.
- Setelah miselium jamur tumbuh kompak dan merata
menutupi media, dapat digunakan sebagai bibit induk dan dapat disimpan
dalam lemari pendingin bersuhu 4oC selama 1 tahun bila tidak akan segera digunakan.
2. Tahapan Produksi Jamur Tiram dan Jamur Kuping
- Serbuk kayu gergaji albasia direndam selama 12 jam (tergantung pada spesies/strain yang digunakan)
- Ditiriskan sampai tidak ada airnya dengan menggunakan saringan kawat/ayakan besar.
- Membuat substrat/media tumbuh dengan cara menambahkan bekatul 5-15%, kapur (CaCO3) 2%, gypsum (CaSO4) 2% dan air bersih kemudian diaduk hingga kadar air substrat mencapai 65% dan pH 7.
- Subtrat
dimasukkan dalam baglog polipropilen, dipadatkan, dan diberi lubang
pada bagian tengah diberi cincin dari paralon dan ditutup dengan kapas
atau kertas minyak. Langkah 1-3 dilakukan pada satu hari yang sama.
- Satu
hari kemudian, media tersebut disterilisasi atau dipasteurisasi dengan
cara disimpan dalam kamar uap atau dalam drum dengan suhu media di
dalam baglog 95oC selama 8 jam.
- Setelah suhu baglog
turun sampai suhu kamar, lakukan inokulasi substrat dengan spawn.
Inokulasi dilakukan dalam laminar. Jumlah bibit yang digunakan 10-15
g/kg.
- Baglog yang telah diinokulasi dengan spawn diinkubasi
dalam rumah jamur/kumbung. Ruang inkubasi dijaga agar tetap kering dan
bersih, pada suhu 22-28oC tanpa cahaya. Inkubasi berlangsung 15-30 hari.
- Setelah 7-15 hari, baglog dan cincin dibuka.
- Setelah
tumbuh bakal tubuh buah, dilakukan penyiraman dengan air bersih agar
jamur dapat tumbuh. Untuk jamur tiram yang disiram rumah jamurnya,
sedang untuk jamur kuping penyiraman langsung dilakukan pada substrat
hingga basah. Suhu rumah jamur dijaga 16-22oC dengan kelembaban 80-90%.
3. Tahapan Produksi Jamur Shiitake
- Serbuk
kayu gergajian sebanyak 85 kg yang berasal dari kayu keras (jati, karet
atau dicampur dengan albasia) direndam selama 12 jam.
- Ditiriskan sampai tidak ada airnya menggunakan saringan kawat/ ayakan besar.
- Membuat substrat/media tumbuh dengan cara menambahkan bekatul/polar-pakan ayam DOC 7,5 kg, menir/broken rice 4 kg, kapur (CaCO3) 1,5 kg, gypsum (CaSO4) 2 kg dan air bersih kemudian diaduk merata hingga kadar air substrat mencapai 65% dan pH 7.
- Subtrat
dimasukkan dalam baglog polipropilen, dipadatkan, dan diberi lubang
pada bagian tengah diberi cincin dari paralon dan ditutup dengan kapas
atau kertas minyak.
- Media tersebut disterilisasi atau
dipasteurisasi dengan cara disimpan dalam kamar uap atau dalam drum
dengan suhu media di dalam baglog 95oC selama 8 jam. Langkah 1-5 dilakukan pada satu hari yang sama.
- Setelah
suhu baglog turun sampai suhu kamar, lakukan inokulasi substrat dengan
spawn. Inokulasi dilakukan dalam laminar. Jumlah bibit yang digunakan
10-15 g/ kg media.
- Baglog yang telah diinokulasi dengan spawn
diinkubasi dalam rumah jamur/kumbung. Ruang inkubasi dijaga agar tetap
kering dan bersih, pada suhu 22-27oC tanpa cahaya, RH 95-100%, CO2 > 10000 ppm, O2 0-1 jam (kapasitas terpasang). Inkubasi umumnya berlangsung 8-12 minggu.
- Setelah
7-15 hari baglog dibuka/dipotong bagian atasnya, dan cincin serta
sumbat kapas dibuka. Cara membuka baglog berbeda-beda, yaitu dengan
dibuka lebar bertahap mengikuti terjadinya browning atau dibuka
sekaligus setelah browning >75%.
- Setelah tumbuh bakal tubuh
buah, dilakukan penyiraman dengan air bersih agar jamur dapat tumbuh.
Penyiraman dengan cara mengabut 3 kali sehari dengan air secukupnya Suhu
rumah jamur dijaga 21-27oC dengan kelembaban 60-80%, cahaya 500-2000 lux (dengan lampu atau jendela dibuka), ventilasi 4-8 jam dan CO2 < 1000 ppm.
4. Panen dan PascapanenPanen
jamur tiram dan kuping dapat dilakukan lebih dari 9 kali dalam waktu
1,5 bulan tergantung cara pemeliharaan/ penyiraman jamur dan kebersihan
kumbung. Panen dilakukan 2-3 kali dalam seminggu. Kesegaran jamur tiram
dan jamur kuping dapat dipertahankan dengan cara menyimpan pada suhu 1-5
oC
dan melakukan penyemprotan menggunakan larutan Na-bisulfat 0,1-0,2%
(1000-2000 ppm). Sedangkan pengawetan jamur dapat dilakukan dengan cara
pengeringan, pengasapan dan pemberian senyawa kimia (garam dapur, asam
sitrat, sulfida, K-bikarbonat dan K-meta-bisulfida).
Panen jamur
shiitake dapat dilakukan lebih dari 5 kali dalam waktu 5-8 bulan
tergantung cara pemeliharaan/penyiraman jamur, kebersihan kumbung dan
strain yang digunakan. Penanganan pasca panen jamur shiitake dilakukan
dengan langkah-langkah yang sama seperti pada jamur tiram dan jamur
kuping.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar